Analis dari CryptoQuant, Julio Moreno menunjukkan aktivitas investor ritel di Bitcoin telah mengalami peningkatan yang signifikan pada Oktober. Perusahaan tersebut melaporkan peningkatan permintaan ritel sebesar 13 persen selama bulan lalu, menandakan kebangkitan setelah jeda aktivitas dari Juni hingga akhir September.

Minat yang baru ini mendekati level yang diamati sebelum Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan Maret 2024.

Moreno mencatat meskipun investor ritel menjadi lebih aktif, investasi institusional juga telah meningkat secara stabil sepanjang tahun. Moreno menyoroti kontras dengan kuartal satu  2024, yang sebagian besar didorong oleh investor yang lebih besar.

Moreno menambahkan bahwa dinamika saat ini mencerminkan siklus pasar Bitcoin sebelumnya, khususnya merujuk pada 2017 ketika akumulasi ritel melonjak setelah Bitcoin melampaui titik tertinggi sepanjang masa sebelumnya.

Untuk menilai permintaan ritel, CryptoQuant menganalisis beberapa indikator, termasuk jumlah total Bitcoin yang disimpan dalam dompet yang berisi kurang dari satu Bitcoin.

“Jumlah ini telah tumbuh dari 1,734 juta BTC pada pertengahan Maret menjadi 1,752 juta BTC saat ini. Selain itu, volume transaksi on-chain di bawah USD 10.000 menawarkan wawasan tentang sentimen investor yang lebih kecil,” kata Moreno dalam laporannya, dikutip dari Coinmarketcap, Kamis (24/10/2024).

Bersamaan dengan aktivitas ritel ini, minat institusional juga tercermin dalam meningkatnya arus masuk ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot. Hingga pertengahan Oktober, arus masuk bersih kumulatif melampaui USD 21 miliar atau setara Rp 328,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.670 per dolar AS).

Di sisi lain, volatilitas harga Bitcoin yang melekat menunjukkan fluktuasi dapat terus berlanjut, meskipun ada tren terkini dalam permintaan ritel dan institusional.


Prediksi Baru Bitcoin, Sentuh Rp 3,1 Miliar pada Akhir 2025

Analis di Bernstein telah mengeluarkan prakiraan untuk Bitcoin, yang memperkirakan bahwa mata uang kripto tersebut akan mencapai USD 200.000 atau setara Rp 3,1 miliar pada akhir 2025.

Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (24/10/2024) pimpinan aset digital Bernstein, Gautam Chhugani menggolongkan prediksi ini sebagai konservatif dalam sebuah pesan kepada klien, yang menekankan terbatasnya pasokan aset tersebut di tengah meningkatnya tingkat utang AS, yang saat ini mencapai sekitar USD 35 triliun.

Pernyataan Chhugani merupakan ini dari “Buku Hitam Bitcoin” yang baru saja dirilis Bernstein, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada investor institusional tentang Bitcoin.

Ia menunjukkan dalam lanskap keuangan yang ditandai oleh kekhawatiran inflasi dan rekor utang nasional, Bitcoin berfungsi sebagai alternatif yang menarik bagi aset tradisional seperti emas.

Bagi investor yang ragu untuk berinvestasi langsung dalam Bitcoin, Bernstein menyarankan untuk mempertimbangkan saham di MicroStrategy dan Robinhood, yang menawarkan eksposur tidak langsung ke pasar mata uang kripto.

Selain itu, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di AS seperti Riot Platforms dan CleanSpark disorot karena peran mereka dalam penambangan Bitcoin, memanfaatkan sumber daya listrik yang signifikan untuk operasi.

Core Scientific, yang juga beroperasi di bidang ini, telah dikenal karena fokus gandanya pada penambangan Bitcoin dan layanan hosting AI.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Bagaimana Posisi Bitcoin di Momentum Pilpres AS? Begini Prediksi Chatbot AI

Pada 20 Oktober 2024, harga kripto dengan kapitalisasi terbesar, Bitcoin (BTC) menembus angka USD 69.000 atau sekitar Rp 1,07 miliar (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.623).

Pertumbuhan ini membuat pasar penasaran terhadap prospek Bitcoin selanjutnya, mengingat semakin dekatnya pemilihan umum AS 2024.

Dengan harga Bitcoin yang fluktuatif, beberapa chatbot Kecerdasan Buatan (AI) generatif membagikan prediksi mereka terhadap harga Bitcoin setelah pemilih di AS memutuskan untuk memilih Trump atau Harris dalam Pipres.

Berikut adalah beberapa prediksi harga Bitcoin dalam momentum Pilpres di AS menurut chatbot AI, dikutip dari News.bitcoin.com, Rabu (23/10/2024):

Pi dari Inflection AI:

Jika Donald Trump memenangkan pemilihan umum AS 2024, Inflection AI menunjukkan,. harga Bitcoin berpotensi mengalami kenaikan kecil, mencapai USD 71.500.

“Hal ini disebabkan oleh masa jabatan presiden sebelumnya yang ditandai oleh kebijakan ekonomi yang dianggap inflasioner, yang berpotensi meningkatkan daya tarik bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi,” tulisnya.

Sebaliknya, jika Kamala Harris menjadi presiden AS berikutnya, harga Bitcoin diprediksi mencapai sekitar USD 67.500.

Meskipun ia telah menyatakan dukungannya terhadap inovasi teknologi, pendiriannya terhadap mata uang kripto relatif tidak diketahui, yang dapat menimbulkan ketidakpastian di pasar, Inflection AI mencatat.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *