Pada pekan lalu produk investasi aset digital secara global mengalami perubahan signifikan, mencatat arus masuk bersih sebesar USD 407 juta atau setara Rp 6,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.568 per dolar AS), menurut data CoinShares.

Lonjakan ini mengikuti minggu sebelumnya yang mencatat arus keluar sebesar USD 147 juta atau setara Rp 2,2 triliun. Ini menandai ada perubahan penting dalam sentimen investor.

Arus masuk tersebut dilaporkan dipengaruhi oleh pergeseran politik ke arah kandidat Republik menjelang pemilihan presiden AS mendatang. Kepala Riset CoinShares, James Butterfill, mencatat data ekonomi terkini berdampak minimal pada perilaku investor.

“Debat wakil presiden AS terkini dan jajak pendapat yang menguntungkan bagi Partai Republik, yang dianggap lebih mendukung aset digital, tampaknya telah mengkatalisasi peningkatan investasi kripto ini, kata Butterfill, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (16/10/2024).

Dana berbasis AS adalah penerima utama arus masuk ini, yang menambahkan USD 406 juta. Produk Kanada menyumbang jumlah yang lebih kecil, dengan arus masuk bersih sebesar USD 4,8 juta, sementara dana dari wilayah lain umumnya mengalami arus keluar.

Produk investasi berbasis Bitcoin muncul sebagai penerima manfaat utama, menarik arus masuk sebesar USD 419 juta. ETF Bitcoin spot IBIT milik BlackRock merupakan kontributor signifikan, dengan tambahan USD 140,6 juta. Meskipun terjadi pertumbuhan ini, dana Bitcoin short mengalami arus keluar sebesar USD 6,3 juta.

Produk berbasis Ethereum terus mengalami kesulitan, dengan arus keluar sebesar USD 9,8 juta dari dana ini secara global. Sebaliknya, ETF Ethereum spot AS berhasil mencatat arus masuk bersih sebesar USD 1,9 juta.

Indeks GMCI 30, yang melacak 30 mata uang kripto teratas, naik 2 persen selama 24 jam terakhir, mencapai 120,16, yang mencerminkan peningkatan sebesar 18 persen selama seminggu terakhir.

 

Meneropong Prospek Harga Bitcoin Usai Sentuh USD 66.000

Sebelumnya, pasar kripto memulai pekan ini dengan positif, ditandai oleh menguatnya harga Bitcoin yang  sempat melampaui level USD 66.000 atau di atas Rp 1 miliar mencatat kenaikan 6% seminggu terakhir.

Namun, setelah Bitcoin berhasil mencapai harga USD 66.300, apakah momentum bullish ini bisa dipertahankan?

Selama tujuh bulan terakhir, reli harga Bitcoin seringkali terbatas pada resistance di atas, khususnya pada level USD 65.000–USD 66.000, lalu kembali di bawah turun ke bawah USD 60.000.

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menuturkan, berdasarkan analisis teknikal ,Selasa, 15 Oktober 2024 pukul 09.00 WIB, bitcoin bertengger di USD 65.850. Saat ini, jika BTC dapat bertahan di atas support USD 64.000, dapat melanjutkan kenaikan ke USD 68.000.

“Sementara, jika turun di bawah support, BTC potensi akan retest terlebih dahulu ke resistance trendline di sekitar MA-20 di level USD 63.000,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (15/10/2024).

Kenaikan Bitcoin seminggu terakhir didorong oleh beberapa faktor, termasuk data inflasi AS untuk September yang naik 2,4% YoY, sedikit lebih tinggi dari proyeksi 2,3% YoY, tetapi masih di bawah periode Agustus yang mencapai 2,5%YoY. Meskipun demikian, ekspektasi pemangkasan suku bunga tetap kuat, sehingga sentimen terhadap aset berisiko seperti Bitcoin tetap positif.

Sementara, meskipun terjadi arus keluar modal sebesar USD 300 juta dari ETF BTC spot di AS pada akhir September hingga awal Oktober, perdagangan ETF BTC spot berhasil mencatatkan USD 308 juta pekan lalu.

“Hal ini menunjukkan minat investor terhadap Bitcoin, masih sangat positif,  bahkan mampu menutupi aliran negatif yang terjadi pada pekan pertama Oktober,” ujar dia.

Sentimen Bitcoin

Salah satu narasi yang mendukung kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini adalah meningkatnya peluang Donald Trump dalam pemilihan AS, yang terlihat melalui peningkatan popularitas peluang kemenangan di Polymarket mencapai 55%. Hal ini mengingatkan kembali pada situasi serupa di bulan Juli ketika harga Bitcoin sempat menyentuh USD 70.000.

Selain itu, saham MicroStrategy juga mencatatkan titik tertinggi baru untuk tahun ini, yang memperkuat sentimen bullish di pasar. Ketidakjelasan langkah stimulus fiskal China turut memicu spekulasi investor berpotensi beralih ke aset kripto dibandingkan ekuitas China, memberikan dorongan tambahan bagi Bitcoin.

Minggu ini, ada empat peristiwa ekonomi penting di AS yang dapat mempengaruhi pasar kripto. Laporan klaim pengangguran akan menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja, sementara data penjualan ritel memberikan gambaran tentang kekuatan pengeluaran konsumen.

Selain itu, data produksi industri dan laporan pendapatan perusahaan besar juga akan mencerminkan kesehatan ekonomi. Jika data ini menunjukkan ekonomi yang kuat, pasar kripto bisa merespons positif,  dan melanjutkan kenaikan.

Panji menambahkan, kenaikan BTC pada Oktober sering dikaitkan dengan istilah ‘Uptober’, yang merujuk pada kecenderungan Oktober sebagai bulan bullish bagi Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan. Biasanya, Oktober ditutup dengan kenaikan, meski tidak jarang bulan ini dimulai dengan koreksi. Pada 2023, Bitcoin sempat turun 7% pada paruh pertama Oktober sebelum reli sebesar 30% hingga akhir bulan.

“Momentum historis ini juga menjadi salah satu katalis penting yang bisa mendukung pergerakan bullish Bitcoin di sisa bulan ini,” ujar dia.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *